Beras yang dipoles atau dimurnikan diperoleh dengan memproses pada roda gerinda khusus, dengan bantuan cangkang biji-bijian dan kuman itu sendiri dihilangkan. Prosedur ini dilakukan untuk memperpanjang umur simpan produk.
Proses penggilingan
Selama produksi beras poles, semua nutrisi yang terkandung dalam cangkang dan embrio dikeluarkan darinya. Namun, untuk memberi nasi warna putih yang sempurna, nasi diolah dengan campuran bedak dan glukosa. Produk semacam itu adalah karbohidrat yang mudah dicerna dalam bentuk pati murni, yang memiliki efek merugikan pada kesehatan konsumen.
Alasan memurnikan beras
Tiga pemimpin dunia dalam ekspor beras adalah China, Bangladesh dan Indonesia. Di negara-negara inilah beras dari berbagai varietas telah lama ditanam, dan merupakan salah satu produk makanan utama penduduk. Saat diekspor dalam jarak jauh ke negara lain dan penyimpanan jangka panjang, produsen harus memastikan tanggal kedaluwarsanya. Dan itu dapat diperpanjang dengan memurnikan, menghilangkan embrio dan kulit luar, yang pertama-tama mulai memburuk pada biji-bijian.
Efek
Kembali pada abad ke-19, para ilmuwan mengidentifikasi hubungan antara terjadinya kekurangan vitamin B1 dan konsumsi beras poles. Secara eksperimental ditetapkan bahwa beberapa penduduk Indonesia menderita penyakit ini. Karena kekurangan uang, mereka makan terutama produk yang murah dan terjangkau - beras yang dipoles. Setelah pengenalan makanan yang lebih bervariasi, termasuk beras merah dan beras merah, produk mentah, ke dalam makanan mereka, penyakit itu dengan cepat surut. Pemolesan menghilangkan hampir semua elemen mikro, serat, serta minyak beras dari beras, yang bahkan melebihi minyak zaitun dalam hal vitamin E.
Talc, yang digunakan untuk memutihkan biji-bijian, adalah karsinogen yang kuat dan, ketika disimpan di dinding perut, menyebabkan kanker. Juga, nasi putih adalah penyebab diabetes tipe 2. Eksperimen telah menunjukkan bahwa mengonsumsi beras olahan lebih dari lima kali seminggu meningkatkan kemungkinan tertular kondisi tersebut sebesar 17%.
Solusi
Beberapa produsen beras menggunakan teknologi berbeda untuk memperkayanya dengan vitamin dan mineral dengan menambahkan aditif buatan dalam bentuk bubuk ke biji-bijian. Tetapi cara ini tidak efektif, karena zat sintetis menguap selama proses memasak atau tidak diserap oleh tubuh sama sekali.
Ada metode mengukus nasi yang diketahui, berkat itu, menurut produsen, biji-bijian mempertahankan semua sifat bermanfaat yang masuk ke dalam selama pemrosesan. Nasi jenis ini lebih cepat matang, tetapi rasanya dan rasanya sama dengan butiran putih yang dipoles.
Alternatif
Beras merah dianggap lebih bermanfaat, di mana butiran putih yang diperoleh dengan penggilingan disembunyikan. Beras seperti itu memiliki umur simpan yang lebih pendek, yang membuatnya lebih mahal daripada beras olahan. Ada juga varietas beras hitam, merah, merah yang mengawetkan vitamin, minyak, dan elemen berharga lainnya yang diperlukan untuk kesehatan manusia.